Headlines News :
Home » , » Zuhud"

Zuhud"

Written By Awaludin Ilyas Abdullah on Thursday, September 19, 2013 | 6:42 AM

Bab I
Pendahuluan
Pengertian Zuhud

Pengertian Zuhud secara umum ialah suatu sikap seseorang yang berusaha menjauhkan diri dari cinta dunia dengan mempertebal cinta akhirat.  Dan tentang pengertian khusus, terdapat beberapa pendapat para ulama’, diantaranya:

1.    Ali bin Abu Thalib R.A : Hendaklah kamu jangan terpengaruh kepada orang-orang yang serakah terhadap keduniaan, baik dari orang-orang mukmin ataupun dari orang-orang kafir.

2.    Al-junaid : Zuhud ialah bersifat dermawan, sehingga tidak ada harta yang di milikinya dan tidak bersifat serakah.

3.    Yahya : Zuhud ialah meninggalkan sifat kikir.

Itulah  pengertian zuhud dari beberapa para ulama’, yang mana pada intinya semuanya menjelaskan bahwa hal yang paling utama didalam berzuhud ialah tidak terpengaruh kepada hal-hal yang bersifat keduniaan, dan meningkatkan sifat dermawan dengan cara berinfak dan bersedekah kepada orang/mereka yang membutuhkan bantuan/uluran belas kasihan dari kita.
Namun sayangnya pada zaman sekarang ini sungguh jarang bagi mereka yang telah dikaruniai oleh Allah rezeki yang banyak, yang sudi/mau menyedekahkan sedikit hartanya kepada mereka yang sebenarnya sangat membutuhkan uluran tangan dari para dermawan yang mau membantunya.

Bab II
Pembahasan
A.    Tingkatan Zuhud

Secara garis besar, Zuhud dapat di bedakan atas tiga tingkatan, yaitu : 

1.    Orang yang meninggalkan dunia, padahal hatinya cenderung kepadanya (dunia), tetapi dengan sungguh ia berusaha memalingkan hatinya.
2.    Orang yang benci kepada dunia, dan tidak cenderung kepadanya, karena ia berkeyakinan bahwa antara kesenangan dunia dan kesengan akhirat itu tak dapat di campur.
3.    Orang yang tidak cenderung dan tidak benci kepada dunia, tetapi ada dan tidaknya sama saja, tidak ada rasa iri dan sebagainya, segala sesuatu tidak atas dasar cinta atau benci, tidak terlalu menaruh perhatian terhadap sesuatu apapun selain kepada Allah Swt.
Dan zuhud yang ketiga inilah zuhud yang paling sempurna, sebagaimana sabda Nabi Saw. :
ازهد فى الدنىا ىحبك الله وزهد فىمافى اىد الناس يحبك الناس (رواه ابن ماجه)
Artinya : Berzuhudlah di dalam keduniaan, niscaya engkau di sayang oleh Allah, dan jangan tamak terhadap apa yang ada pada orang lain, niscaya engkau di sayangi oleh sesama manusia. ( H.R.Ibnu Majjah )

B.    Macam-macam Zuhud

1.    Zuhud Dengan Mengendalikan Hawa Nafsu

Salah satu upaya untuk mencapai zuhud ialah dengan cara mengendalikan hawa nafsu. Karena dengan mengendalikan hawa nafsu seseorang akan lebih khusu’ di dalam beribadah, dan akan dapat menjaga diri dari perbuatan-perbuatan maksiat.

2.    Zuhud Dengan Mahabbah Ilallah

Mahabbah ilallah adalah merasakan di dalam hati betapa pemurah dan penyayangnya Allah Swt. dengan melaksanakan segala kelaziman cinta, yaitu menjalankan seluruh perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Mahabbah ilallah berarti tidak pernah mengosongkan diri dari mengingat Allah Swt.
Sama halnya seperti seseorang yang sedang di landa cinta, ia tak akan gentar mengarungi perjalanan panjang untuk menjumpai yang di cintainya.

3.    Zuhud Dengan Menjaga Sikap

Ketahuilah bahwa untuk menjadi seorang yang zuhud , khususnya pada zaman modern seperti sekarang ini, bukanlah suatu hal yang mudah untuk mencapainya, kemilau dan gemerlap dunia seringkali membutakan mata hati manusia, paham materialisme telah menjangkiti hampir seluruh manusia, banyak dari mereka yang melupakan Allah, karena terlena memburu kesenangan dunia yang hanya sementara, sungguh sulit pada saat sekarang ini menemukan orang yang murah hati dan pandai bersyukur, oleh karena itu menjaga sikap adalah suatu hal yang sangat penting untuk mencapai zuhud.
Di antara sikap-sikap yang perlu dijaga untuk mencapai zuhud ialah:
1.    Sifat pemalu, penyantun, dan penyayang.
2.    Takut berbuat dosa.
3.    Yakin akan kehidupan akhirat.
4.    Mencintai dunia sekedarnya saja.
5.    Memiliki sifat pemurah.
6.    Rendah hati, ( meskipun berpangkat ).
7.    Shabar dan syukur kepada Allah.Swt.
Jika seseorang telah dapat menjaga serta mengamalkan sifat-sifat yang telah tersebut diatas, maka ia akan mudah untuk mencapai tingkatan orang yang zuhud. Karena dengan menjaga sifat-sifat di atas seseorang tersebut akan dapat membentengi dirinya dari perbuatan-perbuatan maksiat.

C.    Pengamalan Zuhud Pada Masa Kehidupan Nabi-Nabi
Para nabi telah di uji oleh Allah Swt. dengan kenikmatan dan kelezatan dunia,  namun mereka tidak silau dengan apa yang telah di anugerahkan Allah kepadanya, mereka tetap selalu waspada, hingga hati mereka tidak di lalaikan dengan apa yang telah mereka miliki dan tidak mengutamakan diri mereka sendiri.
Di antara hal tersebut, seperti yang telah di kisahkan tentang Nabi Sulaiman As. bin Daud As. dalam kerajaan dan kemuliaannya yang di berikan Allah Swt. kepadanya, yang mana telah di jelaskan di dalam Al-quran:
          
39. Inilah anugerah kami; Maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungan jawab.
Ini ujian yang di berikan Allah kepada Nabi Sulaiman, namun Nabi Sulaiman tetap bersifat pemurah, para ulama’ telah menyebutkan bahwa Nabi Sulaiman telah menjamu para tamunya dengan al-hawari (isi biji gandum dan tepung yang bersih), sedangkan untuk keluarganya ia memberi al-khisykar (tepung yang kasar), dan beliau sendiri makan dengan al-syaier (biji gandum).
Selanjutnya kisah tentang Nabi Ibrahim As. Nabi Ibrahim tidak akan makan jika tidak dengan tamu, bahkan jika tidak ada tamu yang berkunjung ke rumahnya, maka ia pun tetap dalam keadaan lapar, bahkan terkadang ia tak segan-segan berjalan hingga sampai 8 km untuk menjemput seorang tamu.
Ada juga riwayat tentang Nabi Ayyub As. yang mana Nabi Ayyub As. setiap kali ia mendengar seseorang bersumpah dengan menyebut nama Allah, maka ia segera lalu menebus sumpahnya.
Berikutnya kisah tentang Nabi Yusuf As. beliau adalah seorang bendaharawan di Mesir, tetapi Ia tidak pernah mengenyangkan perutnya jika makan, ketika di tanyakan tentang hal itu kepadanya, maka ia menjawab : jika aku kenyang , aku takut melupakan orang-orang yang lapar.
Allah Swt. telah berfirman kepada Nabi Muhammad Saw :
            •          
90. mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran)." Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat.
Ketika Malaikat Jibril berada di dekat Rasulullah Saw, tiba-tiba wajah Jibril berubah, karena seorang Malaikat tiba-tiba turun dari langit, yang mana Malaikat tersebut belum pernah turun sebelumnya, maka Jibril pun berkata : “Aku takut jika turunnya untuk suatu keperluan”. Kemudian Malaikat itu datang kepada Nabi dengan membawa salam sejahtera dari Allah Swt, sambil berkata : Inilah kunci pembuka tempat-tempat penyimpanan emas dan perak di muka bumi, yang kekal sampai hari kiamat, dan kami tidak akan mengurangi apa yang telah kau dapatkan dari Allah Swt, maka Nabi Saw. tidak menerimanya sambil berkata :
اجوع مرة واشبع مرة
Artinya : Saya lebih senang lapar satu kali, dan kenyang satu kali.
Nabi menganggap bahwa hal itu adalah suatu cobaan dari Allah Swt, namun Beliau mengetahui bahwa kecintaan terhadap Allah adalah dengan meninggalkan kesenangan dunia. Maka dari itulah Nabi tidak mau menerimanya (menolak) kunci yang di berikan malaikat tersebut kepada-Nya. Dan Ia lebih senang hidup di dalam kesederhanaan daripada hidup dengan harta yang berlimpah, karena Beliau takut akan lupa untuk beribadah kepada Allah karena lalai oleh harta tersebut.



Karena itu Allah berfirman :
 •                     
131. dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.
Al-kisah, ketika Nabi Saw, memakai pakaian yang berwarna, maka Beliau segera menanggalkannya lalu berkata : “Warnanya hampir melengahkanku, ambillah pakaian ini dan bawakan untuk ku pakaian yang lain”.
Begitu juga ketika Beliau di buatkan sebuah cincin yang terbuat dari emas guna menyetempel surat-surat yang akan di kirimkan kepada orang-orang yang mana Allah memerintahkannya untuk memberi peringatan, maka Nabi memakainya namu kemudian melepaskannya dan berkata: “Cincin ini mengundang perhatian, seperti juga perhatian kalian”.
Telah di kisahkan pula bahwa Rasulullah telah mengganti tali sandalnya dengan tali yang baru, maka Beliau bersabda : “Kembalikan tali yang pertama.”
Demikianlah sebagian dari kisah-kisah para Nabi dalam hal pengamalan zuhud. Yang mana semuanya sama sekali tidak terpengaruh oleh semua ni’mat-ni’mat yang telah di karuniakan Allah kepadanya. Harta yang berlimpah, kerajaan yang besar, istana yang megah, kedudukan yang tinggi sama sekali tidak mempengaruh mereka di dalam beribadah kepada sang penciptanya. Mereka tetap terus meningkatkan ibadahnya, bahkan  mereka beribadah selalu khusu’ dan juga beribadah hanya mengharapkan rido dari Allah Swt. semata.


D.    Pengamalan Zuhud Pada Masa Kehidupan Sahabat
Pengamalan zuhud juga telah di praktekkan oleh para sahabat, al-kisah ketika Rasulullah Saw, menganjurkan kepada para sahabat untuk bersedekah, maka Abu Bakar Ra. datang dengan membawa semua harta kekayaan yang Ia miliki, lalu Rasul bertanaya kepadanya: “Apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu”?
    Abu Bakar menjawab : “Allah dan Rasulnya lah yang aku tinggalkan”.
Begitu pula Umar bin Khattab Ra, dunia tunduk dan patuh padanya, namun makanannya hanyalah roti dan minyak.
Dan Usman bin Affan Ra, suatu ketika ia keluar dari kebunnya, dengan memikul seikat kayu, lalu seseorang bertanya kepadanya akan hal itu, dan Ia pun menjawab: “Aku ingin melihat kepada diriku apakah ia enggan melakukan hal seperti ini”?
Selanjutnya Ali bin Abi Thalib Ra, suatu hari ia membeli kain sarung yang murah, dan sebuah gamis yang sederhana, yang mana pada ketika beliau menjabat sebagai Khalifah.
Itu lah sebagian daripada kisah-kisah para sahabat dalam hal pengamalan zuhud, yang  mana kisah-kisah tersebut di atas sangat bertentanagan dengan sikap dan sifat ummat zaman sekarang, orang-orang di zaman modern ini tidak merasa malu memiliki harta yang mengandung kesamaran, di mana pada hakikatnya Allah telah mengetahui, “Bagaimana hal itu? Dari mana asalnya”? semuanya itu akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah Swt. didalam Al-quran :
    •       ••                      
34. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.
Bab III
Penutup
Kesimpulan

Zuhud adalah suatu sikap yang sangat penting di dalam tasawwuf. Dan zuhud juga ialah sikap yang pertama yang harus ada pada sesorang yang ingin mencapai mhabbah dan ma’rifah, yang mana sikap zuhud akan mampu mengantarkan seseorang untuk merasa lebih dekat kepada sang penciptanya.
 Namun sangat sedikit dari ummat islam saat ini yang mampu mengamalkan sikap zuhud ini. Ilmu tasawwuf adalah suatu ilmu yang sangat tepat untuk membina ummat islam saat ini. Manusia zaman sekaarang telah banyak terjerumus ke dalam kenikmatan dunia yang hanya sementara. Seandainya mereka mau menginfakkan hartanya maka Allah akan membalasnya dengan berlipat ganda. Sebagaimana janji Allah yang termaktub didalam Al-quran :
•                            
261. perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.

Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain. Kita sebagai orang yang terpelajar hendaknya selalu meningkatkan pengetahuan kita tentang hal-hal yang berkaitan dengan akhlak, dan kemudian mengamalkannya. Bahkan sudah seharusnya bagi kita untuk menuntun saudara-saudara kita yang telah terjerumus kepada jalan kesesatan  menuju jalan yang di ridoi oleh Allah Swt.



Daftar Pustaka

Lebay El-sulthan, K.H.Mawardi, Zuhud di Zaman Modern, Mawardi Prima, 2007

M.B.Rahimsyah.A.R, Kisah Nyata dan Ajaran Para Sufi (Wali), Indah Surabaya, 2004

Rosyid, Ibnu, Drs, Penuntun Ibadah dan Akhlak Seorang Muslim, Bahagia Bintang, 1992

Halim Mahmud, Abdullah, Dr, Hal Ihwal Tasawwuf.


Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : KMJ Mesir | KMJ Forum | PPMI Mesir
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2013. VISI - MEDIA KMJ - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Modified © by KMJ MESIR