Headlines News :
Home » » Sekularisme Bertentangan Dengan Prinsip Islam

Sekularisme Bertentangan Dengan Prinsip Islam

Written By KMJ MESIR on Saturday, September 13, 2014 | 3:09 PM



Jika konsep Aristoteles tentang perbuatan Tuhan yaitu menciptakan tanpa memelihara dan mengatur alam serta peradaban manusia,  maka  konsep ini tidak berbeda dengan konsep Kristen. Membiarkan apa yang menjadi milik Kaisar kepada Kaisar, tanpa campur tangan dari otoritas Tuhan dalam apa yang menjadi milik Kaisar itu, kemudian didukung dengan filsafat hukum Romawi yang menjadikan tujuan aturan hukum adalah mewujudkan manfaat dan maslahat duniawi, tanpa adanya ikatan dengan moralitas agama atau nilai-nilai keimanan, atau kebahagiaan akhirat.

Konsep-konsep dan pandangan dalam tradisi peradaban Barat ini telah membukakan jalan bagi reaksi bersifat sekular terhadap kesewenang-wenangan gereja dan monopoli otoritas politik dan intelektual, sehingga sekulerisme yang memisahkan "Langit" dan "Bumi", membebaskan peradaban manusia dari kendali agama, dan memberi kebebasan mutlak bagi manusia dalam mengatur masyarakat sebagai makhluk terunggul di planet ini. Konsep Sekulerisme ini, lebih dekat dengan konsep Aristoteles tentang perbuatan Dzat Ilahiah, dan berpeluang lebih besar untuk dapat diterima oleh kalangan Kristen dengan mengajak mereka "memberikan apa yang menjadi milik Kaisar kepada Kaisar", dan lebih dekat dengan filsafat hukum Romawi dalam melepas hukum dari nilai-nilai keimanan serta tujuan-tujuan mulia yang terkadang dalam hukum itu.

Sedangkan konsep Islam tentang masalah perbuatan Dzat Ilahiah, lebih dari sekedar sebatas menciptaan semua makhluk yang ada, bahkan disamping menciptakan, Allah juga memelihara dan mengatur segala sesuatu yang ada di planet ini, termasuk perjalanan hidup umat manusia serta peradaban mereka.

Al-Qur'an memandang bodoh terhadap konsep animisme Jahiliah seperti halnya juga dengan konsep Aristoteles, tentang wilayah perbuatan Tuhan hanya sebatas pencipta, sedangkan mengurusi Dunia dan peradaban manusia, menurut Aristotelianisme diserahkan kepada manusia dan hukum sebab musabab yang ada pada alam dan fenomenanya. Pandangan ini dalam animisme jahiliah diwakilkan kepada sekutu-sekutu Tuhan, berhala dan thaghut.

Al-Qur'an memandang bodoh konsep ini. Seperti yang terdapat pada Surah Az-zumar ayat 38: "Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, siapakah yang menciptakan langit dan bumi, niscaya mereka menjawab, Allah. Katakanlah, maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya? Katakanlah ! Cukuplah Allah bagiku, hanya kepada nya jua bertawakal orang-orang yang berserah diri."  

Jika menjadikan sekelian makhluk adalah hak Allah, sedangkan mengurusi nya menjadi hak selain Allah, ini merupakan konsep jahiliah yang tidak dapat diterima. 

Sebagaimana dalam Surat Al-an’am ayat 136: "Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan oleh Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka, ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami. Maka sajian-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah. Dan sajian-sajian yang diperuntukkan bagi Allah, maka sajian-sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu."

Pernyataan ini mirip dengan konsep sekuler tentang moto: "Agama untuk Tuhan sedangkan negara untuk semua." Ini adalah keburukan jahiliah yang dipandang bodoh oleh Al-Qur'an dan tidak diterima oleh pandangan Islam tentang wilayah perbuatan Dzat Tuhan. 

Di pihak lain, Islam memberi konsep tentang perbuatan Dzat ilahiah. Pencipta segala sesuatu dan pengatur segala urusan bahkan masalah yang dapat dilakukan oleh manusia sekalipun tetap masuk dalam wilayah kehendak dan perbuatan nya, manusia sebagai khalifah Allah, ia terikat dengan syari'ah nya yang merupakan akad dan sumpah amanat kekhalifahan, ia hamba dari Penguasa segala yang ada, bukan menjadi penguasa segala yang ada ini. Jadi Tuhan menurut pandangan Islam yaitu menciptakan dan mengatur segala yang ada, tidak ada yang terjadi kecuali terjadi atas kehendak Allah SWT.


Penulis: Mohammad Aebror El Fairuz
Sumber: Ma'rakah al-Mushthalahat baina al-Gharb wa al-Islam, Dr. Muhammad Imarah,  Maktabah An-Nahdoh Misr
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : KMJ Mesir | KMJ Forum | PPMI Mesir
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2013. VISI - MEDIA KMJ - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Modified © by KMJ MESIR